Senin, 22 Februari 2010

MEMBUAT PESTISIDA DAN PUPUK ORGANIK

Sekarang tren pertanian organik mulai marak. Produk tanaman organik harganya jauh lebih mahal, apalagi jika dapat masuk supermarket. Sebenarnya cara pertanian yang organik murni jarang ditemui dan sulit untuk dilaksanakan. Pertama kebanyakan lahan pertanian telah tercemar zat kimia baik itu pupuk, ZPT, maupun pestisida. Asap kendaraan bemotor, cara pemeliharaan tanaman, dan kondisi lingkungan sekitar juga dapat menyebabkan tidak dapat disebutnya organik murni. Kedua jika ingin menerapkan pertanian organik murni harus membuka lahan baru yang memang belum tercemar baik itu airnya, tanahnya, maupun udaranya.
Salah satu ciri pertanian organik adalah adanya penggunaan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan. Pupuk dan pestisida ini biasanya terbuat dari sampah hasil pertanian dan peternakan yang belum termanfaatkan atau masih belum optimal dalam pemanfaatannya.

PUPUK KOMPOS PASIR
Bahan
1. Jerami (seresah) : Tak terbatas
2. kapur tohor : 10 Kg
3. garam : 3 Kg
4. Pupuk Kandang : 25 Kg
5. Air secukupnya
Proses
1. Buat Bak permanen dengan ukuran 2X2 m2
2. Susun jerami paling bawah ± 25 cm
3. Taburkan garam, kapur tohor, dan pupuk kandang
4. ulangi sampai bak penuh
5. Siram dengan air tingkat kebasahan 50%
6. Tutup rapat tumpukan kompos setiap satu minggu di kontrol dan jika sudah mendak (tumpukan menurun) tambahkan lagi sampai penuh.
7. Ulangi sampai ± 3 Bulan bak penuh dengan kompos jadi. kompos berbentuk pasir warna hitam.
Penggunaan
1. untuk tanaman holtikultura
2. untuk tanaman hias
3. untuk tanaman padi, palawija, dan sayuran
Aplikasi
1. Tanaman holtikultura dari batang ±1,5 cm dibuat lubang melingkar selebar cangkul dalam ±20cm, taburakan pupuk dengan dosis ±5cm sepanjang lubang, baru ditutup dengagn tanah penuh dan disiram dengan air
2. Tanaman hias taburkan pupuk kompos setiap satu persatu genggam pupuk.
3. tanaman padi polowijo dan sayuran setiap Ha ±400Kg (atau dapat setiap tanaman polowijo, sayuran satu sendok makan)
Hasil
1. Tanaman holtikultura dalam1-2 bulan akan kelihatan subur dalam pertumbuhan daun,bakal buah akan tampak banyak, dan cendawan akan berkurang
2. Tanaman hias kelihatan subur dan kuat
3. tanaman padi, polowijo, sayuran akan meningkat hasilnya.

PUPUK CAIR KCL
Bahan
1. Jerami : 100 Kg
2. Serabut kelapa : 100 biji
3. Ragi : 50 biji
4. trasi : ½ Kg
Proses
1. Buat bak permanen ±1X1,5 m2
2. Masukkan jerami dan serabut kelapa, trasi, ragi (ragi ditumbuk halus)
3. Masukkan air sampai penuh dan tutup rapat ±2 s/d 4 minggu
4. Aduk-aduk ambil airnya, simpan dalam jirigen, siap untuk diaplikasikan
Aplikasi
1. Setiap satu tangki air ±10 s/d 14 liter ditambahkan air ramuan 250 cc, semprotkan pada tanaman berumur 30,45,60 HST
2. Ulang saat-saat tertentu
Hasil
1. Tanaman akan terlihat kuat
2. Buah akan kelihatan lebih baik

AGENS NABATI GATEMA
Bahan
1. Gadung : 1-2 Kg
2. Tembakau : ¼ - ½ Kg
3. Mahoni : 100 -200 Kg
4. Air : 5-10 liter
Proses
1. gadung, mahoni dan tembakau ditumbuk dan campur jadi satu (berupa tepung).
2. Gadung dan mahoni ditumbuk halus, tambahkan air 2 liter sambil diaduk-aduk dan saring, masukkan kedalam jirigen/botol. Tembakau direbus dengan air 2 ½ -5 liter sampai betul-betul mendidih, dinginkan serta tambahkan air matang 5 liter. Campurkan ramuan gadung dan mahoni aduk-aduk dan saring (berupa cair)
Aplikasi
1. setiap satu tangki ditambah 250 cc air ramuan, semprotkan ke lahan maupun tanaman
2. dalam bentuk bubuk/tepung 10 s/d 15 sendok makan dibungkus dengan kain dan alirkan lewat tulakan bersamaan dengan pengairan, untuk menyemprot 5 sendok makan untuk setiap tangki
Sasaran
Kepiding tanah, wereng, penggerek batang, walang sangit, lalat buah, ulat daun, dll.

AGENS NABATI BB
(Perangsang Bunga dan Buah)
Bahan
1. Segala macam bunga : 1-2 Kg
2. P-Bio / EM-4 : 25-50 cc
3. Tetes/gula pasir : 25-50 cc
4. Air : 10-20 cc
Proses
1. Semua bahan ditumbuk halus, fermentasi dengan perendaman 7 hari s/d 14 hari. Fermentasinya dengan memasukkan P-Bio/ EM-4, tetes/ gula pasir, sambil diaduk-aduk tutup rapat.
2. Saring air rendamannya simpan dalam botol/ jrigen. Siap untuk aplikasi
Aplikasi
1. Setiap tangki (air 10 s/d 14 liter tambahkan ramuan Nabati BB ½ -2/3 gelas) semprotkan pada tanaman apa saja sesuai dengan keadaan tanaman.
2. Ulangi 10 hari sekali untuk tanaman cabai, terung, kapri, kacang panjang, buncis, dll.
Hasil
1. hari ke 3 s/d 5 hari setelah disemprot, pertumbuhan bunga tampak banyak
2. Hari ke 7 s/d 8 bakal buah muncul rampak.

MENGENDALIKAN FUSARIUM SP
Fusarium merupakan jamur, ketika aku magang OPT ini menyebabkan tanaman Cabai (Capsicum annuum) menjadi mati mendadak. Pada pagi hari tanaman terlihat layu, pada malamnya tanaman mati. Fusarium menyerang pada perakaran tanaman, akar tanaman akan seperti busuk. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan Kocide atau Fungisida yang lain, tetapi akan menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak. Sehingga pengendalian secara organik merupakan solusi yang bagus untuk tetap menjaga kondisi lingkungan usahatani.
Bahan
1. Pupuk kandang : 15-25 Kg
2. Kapur tohor : 2-4 Kg
3. Kamper(kapur barus) : 100-250 butir
4. Belerang(bila Perlu) : 1-2 ons
Proses
1. Bahan no 1 s/d 4 dicampur jadi satu betul-betul rata
2. masukkan adonan ke dalam karung berplastik, ikat rapat-rapat dan masukkan di tempat yang teduh selama 7-14 hari.
3. Buka dan aduk-aduk setelah 14 hari, siap untuk aplikasi
Aplikasi
1. Setiap batang berikan ramuan 1 sendok makan
2. Ulangi 4 hari sekali
Sasaran
1. Fusarium SP
2. Ulat tanah
3. Nematoda
4. Kepiding tanah
Untuk Tanaman
1. Cabai
2. Tomat
3. Terung
4. Buncis
5. kacang panjang
6. Mentimun
7. Melon
8. Semangka

APA ITU PERTANIAN ORGANIK?

Kesadaran terhadap arti pentingnya kelestarian lingkungan dan pola hidup yang lebih sehat menjadi salah satu alasan berkembangnya model pertanian selaras alam atau lebih dikenal dengan nama pertanian organik.

Di sini potensi sumber daya alam tidak lagi sekedar menjadi obyek eksploatasi dalam proses usaha tani, tetapi lebih dari itu seluruh sumberdaya alam dimaknai sebagai aset yang berdimensi waktu jauh ke depan. Artinya, seluruh sumber daya pendukung sistem usahatani dihargai sebagai aset yang harus dipelihara dan dijaga kelestariannya.

Model pertanian organik menempatkan sumberdaya alam sebagai aset yang harus ‘hidup’ dan berkembang. Oleh karena itu cara bertani yang dikembangkan cenderung lebih selaras dengan alam, menjaga harmoni dengan seluruh tatanan sosial ekonomi sekitar, melestarikan dan memelihara keragaman hayati serta menghargai potensi dan kekhasan lokal.

Dengan demikian semua tahapan proses produksi selalu diupayakan secara maksimal untuk tidak merusak alam. Bahkan selalu ada upaya agar sumberdaya alam bisa tumbuh berkembang menjadi lebih subur, produktif dan memberi kesejahteraan lebih baik bagi semua.

Secara lebih spesifik IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), lembaga dunia yang bergerak dalam pengembangan pertanian organik, mengartikan pertanian organik sebagai sistem pertanian holistik (menyeluruh) yang mendukung dan mempercepat keanekaragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.

Seluruh tahapan proses budidaya pertanian benar-benar memperhatikan keseimbangan alam sehingga tidak ada lagi proses degradasi alam yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian dalam proses usahatani organik tidak ada lagi input berlebihan bahan-bahan sistetis yang dalam jangka panjang bersifat merusak alam.

Memahami karakteristik pertanian organik sebagai model pertanian holistik bisa dilihat dari visi pengembangan pertanian organik yang selama ini diperjuangkan oleh berbagai lembaga yang peduli pada pertanian berkelanjutan. Diantaranya, model pertanian ini memberi perhatian serius pada aspek kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan.

Pada aspek kesehatan pertanian organik tidak saja memberi perhatian pada kesehatan tanah, tanaman dan lingkungan tetapi juga memberi perhatian pada kesehatan manusia sebagai pengguna produk pertanian. Disini pertanian dikembangkan dengan memperhatikan aspek kesehatan seluruh ekosistem dalam sistem kehidupan.